Banyak Lakukan Aktivitas Fisik untuk Mencegah Osteoporosis
A
A
A
OSTEOPOROSIS adalah kondisi tulang yang menjadi tipis, rapuh, keropos, dan mudah patah akibat berkurangnya massa tulang dalam jangka waktu lama.
Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi Departemen Kesehatan RI pada 2005 meluncurkan hasil analisis data risiko osteoporosis yang dilakukan di 16 wilayah di Indonesia.
Analisis ini menunjukkan prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) mencapai 41,7% dan prevalensi osteoporosis mencapai 10,3%. Hal ini berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko terkena osteoporosis, karena 41,2% dari keseluruhan sampel berusia kurang dari 55 tahun terdeteksi menderita osteopenia.
Sementara itu, data Riset Kesehatan Dasar 2013 menyatakan proporsi penduduk Indonesia yang tergolong kurang aktif sebesar 26,1%. Sebanyak 42,0% penduduk kelompok umur ?10 tahun menjalankan perilaku sedentari selama 3- 5,9 jam per hari dan 1 dari 4 penduduk Indonesia melakukan sedentari selama ?6 jam per hari.
Pengurus Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI), dr Ade Tobing, SpKO, mengatakan, langkah awal sederhana pencegahan osteoporosis bisa dilakukan dengan menerapkan pola makan sehat dan aktif beraktivitas fisik atau berolahraga.
Penuhi asupan kalsium per hari sesuai usia dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium. “Selain itu, hindari perilaku sedentari dengan rutin berolahraga. Kurang olahraga akan menghambat proses pembentukan massa tulang sehingga mengakibatkan berkurangnya kepadatan massa tulang,” ujar dr Ade.
Ia menuturkan, latihan fisik atau olahraga yang dimulai sejak dini dapat secara efektif mencegah penyakit osteoporosis. Ada pun untuk mencegah osteoporosis, dianjurkan melakukan latihan bersifat weight bearing exercise , yaitu latihan pembebanan khususnya pada area lumbal, pangkal paha, dan pergelangan tangan.
Meski begitu, dr Ade menegaskan, olahraga harus dilakukan dengan prinsip Baik, Benar, Terukur, dan Teratur (BBTT). “Sebelum berolahraga pastikan menggunakan perlengkapan yang sesuai ukuran dan jenis olahraga, bila perlu menggunakan pelindung.
Lalu lakukan pemanasan atau peregangan, ditutup dengan pendinginan. Untuk mencapai hasil maksimal, lakukan olahraga secara rutin, yaitu 3-5 kali dalam seminggu,” kata dr Ade. Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga, Kementerian Kesehatan drg.
Kartini Rustandi, M.Kes, menambahkan, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Instruksi Presiden No. 1/2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
GERMAS merupakan penguatan upaya promotif dan preventif yang ditujukan untuk menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular, kematian maupun kecacatan, menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk, serta menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan.
“Salah satu fokus GERMAS adalah rutin aktivitas fisik 30 menit setiap hari. Kementerian Kesehatan terus menerus mengedukasi masyarakat me ngenai pentingnya beraktivitas atau latihan fisik sebagai pencegahan dini penyakit menular maupun tidak menular,” kata drg Kartini.
Menurutnya, salah satu penyakit berbahaya mengancam kesehatan masyarakat Indonesia adalah osteoporosis yang dijuluki The Silent Epidemic Disease. Karena menyerang diamdiam tanpa adanya tanda-tanda khusus hingga seseorang mengalami patah tulang.
“Osteoporosis secara negatif memengaruhi kondisi ekonomi maupun sosial seseorang. Dampak ekonomi meliputi biaya untuk pengobatan dan hilangnya waktu kerja atau produktivitas. Osteoporosis sangat berbahaya dan tidak bisa disembuhkan. Oleh karena itu, sangat penting men cegah osteoporosis sejak dini,” kata drg Kartini.
Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi Departemen Kesehatan RI pada 2005 meluncurkan hasil analisis data risiko osteoporosis yang dilakukan di 16 wilayah di Indonesia.
Analisis ini menunjukkan prevalensi osteopenia (osteoporosis dini) mencapai 41,7% dan prevalensi osteoporosis mencapai 10,3%. Hal ini berarti 2 dari 5 penduduk Indonesia memiliki risiko terkena osteoporosis, karena 41,2% dari keseluruhan sampel berusia kurang dari 55 tahun terdeteksi menderita osteopenia.
Sementara itu, data Riset Kesehatan Dasar 2013 menyatakan proporsi penduduk Indonesia yang tergolong kurang aktif sebesar 26,1%. Sebanyak 42,0% penduduk kelompok umur ?10 tahun menjalankan perilaku sedentari selama 3- 5,9 jam per hari dan 1 dari 4 penduduk Indonesia melakukan sedentari selama ?6 jam per hari.
Pengurus Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI), dr Ade Tobing, SpKO, mengatakan, langkah awal sederhana pencegahan osteoporosis bisa dilakukan dengan menerapkan pola makan sehat dan aktif beraktivitas fisik atau berolahraga.
Penuhi asupan kalsium per hari sesuai usia dan vitamin D untuk membantu penyerapan kalsium. “Selain itu, hindari perilaku sedentari dengan rutin berolahraga. Kurang olahraga akan menghambat proses pembentukan massa tulang sehingga mengakibatkan berkurangnya kepadatan massa tulang,” ujar dr Ade.
Ia menuturkan, latihan fisik atau olahraga yang dimulai sejak dini dapat secara efektif mencegah penyakit osteoporosis. Ada pun untuk mencegah osteoporosis, dianjurkan melakukan latihan bersifat weight bearing exercise , yaitu latihan pembebanan khususnya pada area lumbal, pangkal paha, dan pergelangan tangan.
Meski begitu, dr Ade menegaskan, olahraga harus dilakukan dengan prinsip Baik, Benar, Terukur, dan Teratur (BBTT). “Sebelum berolahraga pastikan menggunakan perlengkapan yang sesuai ukuran dan jenis olahraga, bila perlu menggunakan pelindung.
Lalu lakukan pemanasan atau peregangan, ditutup dengan pendinginan. Untuk mencapai hasil maksimal, lakukan olahraga secara rutin, yaitu 3-5 kali dalam seminggu,” kata dr Ade. Direktur Kesehatan Kerja dan Olahraga, Kementerian Kesehatan drg.
Kartini Rustandi, M.Kes, menambahkan, Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan Instruksi Presiden No. 1/2017 tentang Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS).
GERMAS merupakan penguatan upaya promotif dan preventif yang ditujukan untuk menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak menular, kematian maupun kecacatan, menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk, serta menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena meningkatnya penyakit dan pengeluaran kesehatan.
“Salah satu fokus GERMAS adalah rutin aktivitas fisik 30 menit setiap hari. Kementerian Kesehatan terus menerus mengedukasi masyarakat me ngenai pentingnya beraktivitas atau latihan fisik sebagai pencegahan dini penyakit menular maupun tidak menular,” kata drg Kartini.
Menurutnya, salah satu penyakit berbahaya mengancam kesehatan masyarakat Indonesia adalah osteoporosis yang dijuluki The Silent Epidemic Disease. Karena menyerang diamdiam tanpa adanya tanda-tanda khusus hingga seseorang mengalami patah tulang.
“Osteoporosis secara negatif memengaruhi kondisi ekonomi maupun sosial seseorang. Dampak ekonomi meliputi biaya untuk pengobatan dan hilangnya waktu kerja atau produktivitas. Osteoporosis sangat berbahaya dan tidak bisa disembuhkan. Oleh karena itu, sangat penting men cegah osteoporosis sejak dini,” kata drg Kartini.
(don)